TEKANAN
DARAH
I.
Latar
Belakang
Sistem
kardiovaskuler berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan lingkungan internal.
Sirkulasi darah sebagai sistem transport oksigen, karbondioksida, makanan, dan
hormon, serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai kebutuhan metabolisme
tiap-tiap sel dalam tubuh (Syaifuddin, 2009: 109).
Tekanan darah normal (normotensif)
sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk
mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Namun kadar tekanan darah tidak sama
sepanjang masa, dan sering berubah-ubah mengikuti kebutuhan tubuh. Banyak
faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan aliran daran dalam tubuh. Lalu
bagaimana dengan kondisi lingkungan yang dingin dan dengan aktivitas yang
dilakukan tubuh? Apakah mempengaruhi tekanan darah seseorang?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dengan eksperimen ini.
II.
Tujuan
Praktikum
1. Tujuan
kegiatan
a. Mengetahui
pengaruh suhu tubuh terhadap tekanan darah sistole dan diastole.
b. Mengetahui
pengaruh aktivitas tubuh terhadap tekanan darah sistole dan diastole.
2. Kompetensi
Khusus
a. Melakukan
pengukuran tekanan darah sistole dan diastole.
b. Menerangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sistole dan diastole.
III.
Tinjauan
Pustaka
Jantung
adalah pompa otot beruang empat yang mendorong darah mengelilingi sirkulasi. Jantung
terutama tersusun dari jaringan otot jantung. Kedua atria mempunyai dinding
yang relatif tipis dan berfungsi sebagai ruangan penampungan bagi darah yang
kembali ke jantung, dan hanya memompa darah dalam jarak yang sangat dekat
menuju ventrikel. Ventrikel mempunyai dinding yang lebih tebal dan jauh lebih kuat
dibandingkan dengan atrium -khususnya ventrikel kiri, yang harus memompa darah
keluar ke seluruh organ tubuh melalui sirkuit sistemik. Empat katub dalam
jantung berfungsi untuk mencegah aliran balik darah (Campbell dkk, 2000:47).
Otot
jantung, yaitu miokardium, menghasilkan kekuatan (gaya) kontraksi otot atrium
dan ventrikel. Miokardium tersusun dari sel-sel otot jantung yang disebut
niosit. Kerja pompa jantung yang normal bergantung pada kontraksi semua sel-sel
jantung secara sinkron. Kontraksi sel jantung tidak bergantung pada pasokan
saraf eksternal, tidak seperti otot rangka, melainkan jantung bisa menghasilkan
ritme kontraksinya sendiri (Ward dkk, 2009: 115).
Jantung
secara bergantian berkontraksi dan berelaksasi dalam siklus berirama. Ketika
berkontraksi, jantung memompa darah; ketika berelaksasi, bilik-bilik akan
terisi dengan darah. Satu urutan lengkap pemompaan dan pengisian disebut siklus
jantung (cardiac cycle). Fase
kontraksi siklus disebut sistol, dan fase relaksasi disebut diastole (Campbell
dkk, 2000:47).
Jantung
mendapat pensarafan dari cabang simpatis dan parasimpatis dari susunan saraf
otonom. Simpatis menggiatkan kerja jantung, sedangkan parasimpatis menghambat
kerja jantung. Setiap kerja jantung diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan
melalui pengendalian persarafan. Bila tekanan darah meningkat, maka kerja
jantung akan dihambat oleh peningkatan tonus parasimpatikus dan penurunan tonus
simpatikus, jika tekanan darah menurun akan terjadi sebaliknya (Syaifuddin,
2009: 116-117).
Tekanan
darah adalah tekanan yang mendesak dinding arteri ketika ventrikel kiri
melakukan sistol kemudian diastole. Pengukurannya menggunakan sfignomanometer. Tekanan darah sistol
adalah tekanan darah yang direkam selama kontraksi ventrikuler. Tekanan darah
diastole adalah tekanan darah yang direkam selama relaksasi ventricular. Tekanan
darah normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan denyutan adalah perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan denyutan normal kira-kira 40 mmHg yang
memberikan informasi tentang kondisi arteri (Soewolo dkk, 2005: 265-261).
Pada
keadaan normal, jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel
kanan sama besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam 1 menit
disebut curah jantung dan jumlah darah yang dipompakan setiap kali systole
dinamakan isi sekuncup:
Curah
jantung = isi sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit
Curah jantung
setiap orang tidak sama, tergantung keaktifan tubuhnya. Curah jantung akan
meningkat saat bekerja berat, stress, dan menurun saat tidur (Syaifuddin, 2009:
115).
Hukum
Starling menyebutkan bahwa:
1. Makin
besar isi jantung waktu diastole, maka semakin besar jumlah darah yang
dipompakan ke aorta.
2. Dalam
batas fisiologis, jantung memompakan darah, seluruh darah kembali ke jantung
tanpa menyebabkan penumpukan darah di vena.
3. Jantung
memompakan jumlah darah yang sedikit atau banyak tergantung pada jumlah darah
yang mengalir kembai ke vena (Syaifuddin, 2009: 116).
Pada bayi baru lahir mempunyai HR (frekuensi
denyut jantung per menit) saat istirahat
120 x /menit. Kemudian menurun pada saat kanak-kanak. Wanita dewasa memiliki HR
yang lebih tinggi dari pria dewasa. Peningkatan suhu tubuh akan merangsang SA Node
mengeluarkan impuls yang lebih banyak sehingga meningkatkan HR (Ari, 2010).
Kecepatan
aliran darah melalui kulit berubah-ubah dalam tubuh karena diperlukan untuk
mengatur suhu tubuh, sebagai reaksi terhadap kecepatan kegiatan metabolisme
tubuh dan suhu sekitarnya. Pada suhu kulit biasa jumlah darah yang mengalir
melalui pembuluh darah kulit untuk melayani pengaturan panas beberapa kali
lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk memberikan kebutuhan gizi jaringan
tersebut. Bila kulit terpapar dengan suhu yang sangat dingin akan membuat
aliran darah semakin sedikit (Syaifuddin, 2009: 138).
Aktivitas
fisik juga mempengaruhi kecepatan aliran darah. Penelitian dari Linda S. Pescatello, PhD; Ann E.
Fargo, MA; CharlesN. Leach Jr., MD; and Herbert H. Scherzer, MD diperoleh hasil
yaitu selama olahraga sekitar 30 menit pada pada orang normal terjadi
peningkatan tekanan darah dari 117/76 mmHg menjadi 122/74 mmHg serta. Begitu
pula dengan frekunsi denyut jantung, yang pada awalnya sebanyak 66
kali/menit meningkat menjadi 78 kali/menit (cicr.ahajournals.org, 1991).
Dalam kondisi suhu lingkungan di bawah suhu normal, tubuh
akan melakukan regulasi suhu tubuh. Pada proses
termoregulasi, aliran darah kulit sangat berubah-ubah. Vasodilatasi pembuluh
darah kulit, yang memungkinkan peningkatan aliran darah panas ke kulit, akan
meningkatkan kehilangan panas. Sebaliknya, vasokonstriksi pembuluh darah kulit
mengurangi aliran darah ke kulit, sehingga menjaga suhu pusat tubuh konstan,
dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi menurunkan kehilangan
panas. Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh hipotalamus melalui
jalur sistem para simpatik. Aktivitas simpatetik yang ditingkatkan ke pembuluh
kutaneus menghasilkan penghematan panas vasokonstriksi untuk merespon suhu
dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan kehilangan panas
vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon terhadap suhu panas (Soewolo dkk, 2005: 287-288).
Bila
benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin berkontraksi
sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatasi ini disebabkan oleh efek langsung
pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin
membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati
suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal
ini dapat mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan
telinga (Syaifuddin, 2009: 324).
IV.
Metode
Praktikum
1. Jenis
kegiatan : Eksperimen
2. Obyek
pengamatan : Tekanan darah
arteri
3. Alat
dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah:
a. Tensimeter
(sphygmomanometer) dengan sabuk
tekannya
b. Stetoskop
c. Es
batu
4. Prosedur
kerja
a. Mengukur
tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dimulai dengan melilitkan sabuk
tekan yang telah dilengkapi dengan pompa dan sphygmomanometer (tensimeter) pada lengan atas tepatnya di atas
sendi siku,
b. Meletakkan
kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan tepat di atas arteri radialis, kemudian
mendengarkan suara denyut jantung,
c. Memompa
sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara denyut jantung tidak lagi terdengar,
d. Mengendorkan
sekrup pengatur pada pompa sedemikian rupa sehingga udara keluar (menggembos),
e. Memantau
suara jantung dengan seksama hingga suara jantung terdengar (tekanan sistol),
f. Meneruskan
penggembosan dan memonitor terus suara jantung sampai tidak terdengar lagi
(tekanan diastole),
g. Melakukan
pengukuran tekanan darah (langkah a sampai f) setelah melakukan aktivitas,
yaitu lari naik urun tangga sebanyak 3 kali.
h. Melakukan
pengukuran tekanan darah (langkah a sampai f) untuk perlakuan memasukkan salah
satu tangan ke dalam kulkas selama 5 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan
sebelum dan sesudah memasukkan tangan ke dalam kulkas.
DAFTAR
PUSTAKA
Ari Purwowahyudi. 2010. Sistem kardiovaskuler. Diambil pada tanggal 2 Juni 2012 dari http://aripurwahyudi.com/intensive-care/sistem-kardiovaskuler/.
Campbell,
Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, Edisi
Kelima-Jilid 3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga. (Buku asli diterbitkan
tahun 1999).
Djukri & Heru Nurcahyo. 2009. Petunjuk praktikum biologi. Yogyakarta:
Prodi PSn PPs UNY.
Necel. 2012. Perubahan frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah sebelum dan sesudah olahraga. Diambil
pada tanggal 2 Juni 2012 dari http://www.scribd.com/doc/13849859/Perubahan-Frekuensi-Denyut-Jantung-Dan-Tekanan-Darah-Sebelum-Dan-Sesudah-Berolahraga.
Soewolo, Soedjono
Basoeki & Titi Yudani. 2005. Fisiologi manusia. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Ward, Jeremy
P.T., Clarke, Robert W., & Linden,
Roger W.A.. 2009. At a glance fisiologi.
(Terjemahan Indah Retno Wardhani). London: Blackwell Publishing Ltd. (Buku asli
diterbitkan tahun 2005).
0 Response to "Praktikum Tekanan Darah"
Post a Comment