Bimbingan Konseling Sebagai Sistem


BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI SUATU SISTEM DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN
 (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK BK)
Dosen: Sugiyanto, M.Pd









Disusun Oleh: 
Kelompok I
Erfina Prisca Indriyani (09312241003)
Ismudiati                 (09312241012)
Titin Untari         (09312241018)
Ribka Putri Agustami (09312241030)
Christy Arum Sari         (09312241032)
Kurnia Wiyati Pradwi (09312241033)
Saadah Tri Wijiasri         (09312241040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah Bimbingan dan Konseling yang berjudul “Bimbingan dan Konseling Sebagai Suatu Sistem dan Implikasinya Dalam Pembelajaran” dapat terselesaikan.
Adapun bahan-bahan penyusunan makalah ini diperoleh dari sumber-sumber yang ada kaitannya dengan Bimbingn dan Konseling di sekolah. Makalah ini penyusun sesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta pada umumnya dan untuk memenuhi tugas dari pembelajaran mata kuliah Bimbingan dan Konseling.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Sugiyanto, M.Pd selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling 
2. Rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk kemajuan makalah selanjutnya. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.  


Yogyakarta, 03 November 2011

       Penyusun 


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling?
2. Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling sebagai sistem?
3. Bagaimanakah implikasi bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran?
4. Bagaimanakah fenomena bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran saat ini?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling
2. Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling sebagai sistem
3. Mengetahui implikasi bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran
4. Mengetahui fenomena bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan
Definisi bimbingan menurut beberapa ahli :
a. Achmad Badawi (1973)
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing terhadap individu yang ,mengalami problem, agar si terbimbing mempunyai kemampuan untuk memecahkan problemnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik kebahagiaan dalam kehidupan individu maupun sosial.
b. Djumhur dan Moh. Surya (1975)
Bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding) kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan self realization (merealisasikan diri), sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
c. Bimo Walgito (1980)
Bimbingan adalah tuntutan, bantuan, atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar supaya individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraannya. 
d. Crow & Crow (1960)
Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengenudika kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.
Dari beberapa rumusan definisi bimbingan tersebutdapatlah ditarik beberapa unsur yang terkandung didalam pengertian sebagai berikut :
a. Pembimbing/konselor, yaitu seseorang yang karena keahlian dan kewenangan memberikan bantuan kepada konseli
b. Terbimbing/konseli, yaitu seseorang yang karena masalah dan keterbatasan kemampuan menerima bantuan dari konselor
c. Masalah, yaitu sesuatu yang sedang dihadapi terbimbing/konseli untuk memperoleh penyelesaian.
d. Proses, yaitu terjadinya interaksi anatar pembimbing/konselor dengan terbimbing/konseli dalam penyelesaian masalah
e. Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembimbing/konselor, dalam arti dalam membatu dan mencapai hasil yang baik, dan terbimbing/konseli , dalam arti dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dan dapat hidup bahagia. (Tim Dosen PPB FIP, 2000: 7-8)
Bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan. Pertolongan yang bersifat menuntun, dalam pemberian bimbingan bila keadaan menuntut kewajiban dari pembimbing adalah memberikan bimbingan secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbing. Arah diutamakan kepada yang dibimbing. Hanya dalam keadaan terdesak, pembimbing juga berperan aktif dalam memberikan arah. Bimbingan lebih bersifat pencegahan daripada penyembuhan, dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup. Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan individu. Dapat diberikan kepada siapa yang membutuhkan tanpa memandang umur (of any age).
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.  Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193). Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization). 
2. Pengertian Konseling
Penyuluhan sebagai terjemahan dari counseling. Penyuluhan terkandung pengertian aktivitas yang searah halnya dalam bimbingan. Pengertian counseling salah satu prinsipnya adalah aktivitas tidak hanya dari pihak konselor (orang yang memberikan bimbingan), tetapi konselor harus mengusahakan adanya hubungan yang timbale balik antara klien (orang yang mempunyai masalah) dan konselor, serta menempatkan klien dalam posisi yang lebih aktif. Penyuluhan begitu memasyarakat maka istilah tersebut kadang-kadang masih digunakan. Proses konseling terlihat adanya suatu masalah yang dialami oleh klien, klien perlu mendapatkan pemecahan dan pemecahannya harus sesuai dengan keadaan klien. Proses konseling pada dasarnya dilakukan secara individual (between two persons), yaitu antara klien dan konselor, walaupun dalam perkembangan kemudian ada konseling kelompok (group counseling). Pemecahan masalah dalam proses konseling dijalankan dengan wawancara atau diskusi antara klien dengan konselor dan wawancara dijalankan secara face to face.
Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan sehingga bimbingan lebih luas dari pengertian konseling. Oleh karena itu, konseling merupakan bimbingan, tetapi tidak semua bentuk bimbingan merupakan konseling. Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara konselor dengan klien secara face to face. Pada bimbingan tidak demikian halnya,bimbingan pada umumnya dijalankan secara kelompok. Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Bimbingan lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan konseling lebih bersifat kuratif atau korektif. Bimbingan dapat diberikan sekalipun tidak ada masalah. Hal ini tidak berarti bahwa bimbingan sama sekali tidak diperoleh segi kuratif, sebaliknya konseling tidak ada segi yang preventif. Dalam konseling juga didapati segi yang preventif, menjaga atau mencegah jangan sampai timbul masalah yang lebih berat.
Dari pengertin tersebut, dapat disampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
a. adanya bantuan dari seorang ahli, 
b. proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
c. bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
Ruang lingkup bimbingan dan konseling dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lebih luas, misalnya dalam lapangan industri, bidang ketentaraan, badan-badan sosial dan lain-lain. Masing-masing bidang akan membawa sifat dan corak yang berbeda. Dalam lingkungan sekolah titik berat bimbingan dan konseling berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran.

B. BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI SISTEM
Sistem merupakan kesatuan yang kompleks dan terorganisasi. Sistem merupakan kumpulan terpadu elemen-elemen yang berinteraksi, yang dirancang untuk menjalankan fungsi yang telah ditentukan dengan baik. Sistem merupakan struktur atau organisasi suatu kesatuan yang secara jelas menunjukkan interrelasi bagian-bagian, dengan satu sama lain dan dengan kesatuan itu sendiri. Suatu sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sistem mengandung subsistem-subsistem yang saling berinteraksi. Subsistem ini sendiri dipandang juga sebagai sistem-sistem yang lebih rendah tingkatannya, yang juga memiliki subsistem-subsistemnya sendiri yang saling berinteraksi, dan demikian seterusnya. Komponen dasar sistem adalah masukan, proses, balikan, kontrol, dan keluaran (Hussain,1973:60).
Tiga komponen dasar utama dalam sistem yaitu masukan, proses dan keluaran. Masukan   Proses  Keluaran
Masukan, merupakan komponen awal untuk pengoperasian sebuah sistem. Proses merupakan kegiatan yang dapat mengubah masukan menjadi keluaran. Keluaran sebagai hasil dari suatu operasi. Masukan, proses, dan keluaran merupakan unsur normal dalam semua sistem, dan merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan semua sistem.
Sistem memiliki sifat yang dinamis, dan perubahan-perubahan selalu terjadi. Dalam sebuah sistem yang dinamis perlu diadakan penelaahan secar berkala atau secara kontinyu tentang bentuk dari keluaran agar dapat dilakukan perubahan yang diperlukan sesuai dengan perubahan-perubahan dalam lingkungan atau karena sebab lainnya. Unsur-unsur yang memungkinkan sistem itu berfungsi dalam keseimbangan adalah kontrol dan umpan balik. Kontrol dan umpan balik merupakan komponen dasar dalam sistem seperti halnya masukan, proses, dan keluaran. Kontrol dalam suatu sistem pada hakikatnya menjaga sistem agar bekerja dalam batas-batas pelaksanaan tertentu. Suatu sistem yang berada dalam kontrol, bekerja dalam toleransi-tioleransi tertentu. Sistem terbuka cenderung mempunyai sifat menyesuaikan, yang berarti sistem tersebut dapat menyesuaikan dengan perubahan dalam lingkungannya guna melangsungkan keberadaannnya.
Sistem adalah suatu hal yang aktif, bergerak,dan menuju kepada arah atau produk tertentu. Oleh karena itu konseling yang disusun berdasarkan suatu sistem, mengadakan penyesuaian atau peninjauan kembali kegiatan pemrosesannya, tetapi juga sistem itu meninjau kembali dan mengubah tolok ukurnya (baik berupa sasaran, target, tujuan maupun yang lainnya). Suatu sistem dikatakan baik apabila sanggup mempertahankan kondisikeseimbangan terhadap perubahan lingkungan, dengan kata lain elemen-elemen yang dianggap berpengaruh tidak boleh diabaikan dalam membangun sistem sehingga terbentuk sinergi atau nilai yang jauh lebih besar dibandingkan penjumlahan biasa. Setiap sistem bernaung dalam sebuah sistem yang lebih besar.
Bimbingan dan konseling yang berkedudukan sebagai bagian integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah dalam pelaksanaannya mempunyai beberapa pola atau kemungkinan operasionalnya. Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sistem bimbingan dan konseling merupakan sub sistem pendidikan, yang saling berhubungan dan bekerja sama pula untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sehubungan dengan pola ini, Downing (1968) menegaskan bahwa “The guidance is an integral part of elements withing that program.”
Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Fungsi pokok bimbingan dan konseling adalah mengusahakan terselenggaranya suasana sekolah dan suasana belajar mengajar yang sehat dan sejahtera. Titik berat orientasinya ditujukan kepada para peserta didik yang sedang mengalami masalah maupun tidak (Guidance for all).
2. Perlu dibentuk lembaga bimbingan dan konseling yang dikelola oleh tenaga yang profesional disamping dibantu oleh tenaga pengajar (staf educatif).
3. Kerja bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya di ruang bimbingan dan konseling, tetapi program bimbingan dapat dilaksanakan di mana saja baik di sekolah, di muka kelas dan lain sebagainya.
4. Pendekatan bimbingan bersifat operasional, mempunyai jangkauan yang cukup luas dan bersifat pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pengembangan.
Adapun kebaikan dari pola bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Bimbingan tidak terpisahkan dari proses dan program pendidikan, karena ia merupakan sub sistem pendidikan yang eksistensinya tidak dapat diragukan lagi.
2. Seluruh personil pendidikan, baik sebagai guru atau dosen, maupun tenaga administrasi disamping tenaga atau guru pembimbing itu sendiri berperan aktif dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Seluruh siswa mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun kelemahan bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Konsep pola ini sangat ideal akan tetapi petunjuk operasional sering kurang jelas, sehingga pelaksanaannya sering menemukan kesulitan.
2. Bila job discription kurang baik, maka akan sering terjadi kesimpang siuran (overlopping) antara fungsi kepala sekolah atau pimpinan perguruan tinggi dengan guru / dosen pembimbing.
Dari kelima pola yang telah dikemukakan di atas dapat pula dijumpai variasi-variasi yang menggabungkan satu pola dengan pola lainnya. ( Hallen A.,Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Ciputrat Press,2002,hal.49-52)

C. IMPLIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PROSES PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran terdapat macam-macam layanan bimbingan dan konseling yaitu :
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya. 
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk  pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Kegiatan pendukung bimbingan konseling diantaranya:
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keteranang, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang lainnya. 
5. Alih tangan kasus 
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya saling terkait dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling keterkaitan dan tunjang menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut pula fungsi-fungi yang diemban oleh masing-masing layanan/kegiatan pendukung . (http://www.a741k.web44. net/BIMBINGAN%20DAN%20KONSELING.htm)
Dalam proses pembelajaran di sekolah siswa pasti mengalami berbagai permasalahan. Implikasi Bimbingan dan Konseling dalam beberapa kasus pembelajaran yaitu: 
1. Perkembangan Individu 
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dalam maupun luar. Dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut pendidikan. 
Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian dirinya di dalam masyarakat. Melalui layanan bimbingan dan penyuluhan siswa dibantu agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik. 
Dilihat dari proses dan fase perkembangannya, para siswa berada pada fase masa remaja (adolescent). Masa ini ditandai dengan berbagai perubahan menuju kearah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti biologis, intelektual, emosional, sikap, nilai, dsb. Para siswa berada pada masa transisi di akhir masa anak-anak dan memasuki masa remaja sebagai persiapan memasuki dunia dewasa. Dalam situasi ini siswa akan mengalami berbagai guncangan yang akan mempengaruhi seluruh pola perilakunya, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses belajarnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yang dapat membantu para siswa dalam proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. 
2. Masalah Perbedaan Individu 
Keunikan dan individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya. Timbulnya perbedaan individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu. Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu meskipun dengan lingkungan sama. Dan sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya sama. 
Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yang cerdas, dan ada yang berbakat dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan pelayanan pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran ukuran pada umumnya atau rata-rata. 
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah perkembangan yang optimal dan setiap individu, maka masalah individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa dalam masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu. Dengan kata lain sekolah hendak nya memberikan pelayanan kepada para siswa secara invidual sesuai dengan keunikan masing-masing. Usaha melayani siswa secara individual dapat diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling. Dengan demikian keunikan diri masing-masing siswa itu tidak banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam seluruh proses pendidikan. 
Beberapa segi perbedaan individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam: 
a. kecerdasan 
b. kecakapan 
c. hasil belajar 
d. bakat
e. sikap 
f. kebiasaan 
g. pengetahuan 
h. kepribadian 
i. cita-cita 
j. kebutuhan 
k. minat 
l. pola-pola dan tempo perkembangan 
m. ciri-ciri jasmaniah 
n. latar belakang lingkungan. 
Data tentang perbedaan-perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah. 
3. Masalah Kebutuhan Individu 
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan. 
Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah-masalah bagi dirinya. 
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara kebutuhan-kebutuhan yang harus kita perhatikan ialah kebutuhan: 
a. memperoleh kasih sayang 
b. memperoleh harga diri 
c. untuk memperoleh pengharapan yang sama 
d. ingin dikenal 
e. memperoleh prestasi dan posisi 
f. untuk dibutuhkan orang lain 
g. merasa bagian dari kelompok 
h. rasa aman dan perlindungan diri 
i. untuk memperoleh kemerdekaan diri. Hirarki kbth Maslow.pdf 
Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu usaha kearah itu. 
4. Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku 
Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pernenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempuh individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara-cara yang disadari maupun yang tidak disadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat. 
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut “adjusted” atau penyesuaian yang baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted”. 
Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala-gejala salah suai. Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang memberikan kemudahan-kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik. 
Di atas telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau yang sering disebut sebagai bentuk kelainan tingkah laku. 
Kenyataan kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya Gejala-gejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah. Tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan terus, karena akan banyak mengganggu baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala-gejala kelainan tingkah laku mempunyai kecenderungan untuk gagal dalam proses pendidikannya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk menanggulangi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling memberikan peranan yang cukup penting. 
5. Masalah Belajar 
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar rnerupakan kegiatan inti. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola pola respons yang baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. 
Dalam proses belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar, misalnya bagamana menciptakan kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar bagi siswa, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan siswa, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi siswa sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dan sebagainya. 
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh si pelajar. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk rnembantu agar mereka berhasil dalam belajar. (httpwww.4shared.comgetOBreY_TZMakalah_Tujan_dan_Fungsi_BK_se.html).


D. FENOMENA BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PROSES PEMBELAJARAN SAAT INI
Implementasi layanan BK  di Indonesia juga berhadapan dengan berbagai hambatan dan sejumlah kendala serius. Problematika tersebut tampak pada  citra  negatif yang muncul di kalangan siswa dan sejumlah kalangan yang menganggap bahwa BK hanya menangani  ”anak-anak bermasalah” dan bertugas memberikan skoring pelanggaran atas pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa.  Yang lebih ironis lagi,  munculnya pola sikap negatif dan kenakalan siswa pada umumnya seringkali dianggap sebagai dampak dari kurang berfungsinya layanan BK di sekolah. Masalah-masalah tersebut hampir dapat dikatakan sama persis dengan kondisi bimbingan dan konseling yang terjadi  di Amerika Serikat sebelum reformasi sekolah dimulai. 
Sorotan dan kritikan paling tajam terhadap unjuk kerja dan profesionalisme BK dalam ruang lingkup pendidikan justru datang dari siswa-siswa sekolah yang merupakan subyek pendidikan dan layanan BK itu  sendiri. Inilah indikator paling nyata yang perlu diidentifikasi dan dieksplorasi lebih jauh. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai konselor sebaya dan pendamping dari kalangan relawan sosial (social volunteer) yang banyak bergumul dengan problematika pendidikan dan perkembangan remaja selama kurang lebih lima tahun, penulis dapat menyimpulkan bahwa persepsi dan responsivitas kebanyakan siswa terhadap guru BK maupun BK itu sendiri adalah negatif dan kurang simpatik.  
Menurut anggapan kebanyakan siswa, guru BK menjelma menjadi polisi sekolah yang angker dan lembaga BK sendiri berubah fungsi menjadi fungsi administrasi siswa yang bertujuan mendisiplinkan, menertibkan, dan memberi hukuman (punishment) bagi siswa-siswa yang dianggap “bertindak subversif” dan tidak taat peraturan-tata tertib sekolah. Bahkan yang cukup menggelikan lagi, di beberapa sekolah peran guru BK tak ubahnya seperti satpam, yakni pagi- pagi sekali sudah harus hadir dan berdiri di depan gerbang sekolah untuk mengamati siswa-siswa mana saja yang dianggap terlambat masuk sekolah.  
Ada pengalaman yang menggelikan bagi penulis ketika menjadi  dosen pembimbing  program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Yogyakarta di beberapa sekolah di kota Yogyakarta  selama dua tahun berturut-turut. Berdasarkan observasi partisipatif penulis dalam kegiatan-kegiatan BK, ternyata terdapat banyak disorientasi peran dan fungsi pembimbing-konselor sekolah yang terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Tugas pokok memberikan layanan BK tidak berjalan efektif, karena bagian BK pada sekolah tersebut hanya menjalankan tugas-tugas administrasi kesiswaan. Misalnya, mendata siswa baru dan menjadi penyelenggara (event-organizer) setiap kali ada kegiatan-kegiatan formal-kedinasan. Padahal, tugas-tugas manajerial dan adminisrasi pendidikan  itu adalah  bukanlah  tugas pokok  bimbingan dan konseling. Apa yang terjadi di sekolah tak ubahnya seperti lingkaran setan.
Seringkali muncul ungkapan bahwa sebagian besar guru BK mengatakan bahwa mereka tidak dihargai karena selalu dikaitkan dengan tugas dan kewenangan yang bukan pada tempatnya. Sebaliknya, administrator dan guru yang lain justru memberikan beban kerja administratif karena menganggap bimbingan dan konseling seringkali belum menunjukkan unjuk kerja yang signifikan. Yang terjadi kemudian; situasi saling menyalahkan satu dengan yang lain. Terlepas dari perdebatan salah atau benar anggapan pihak luar terhadap kinerja BK,  patutlah dipertanyakan  dari dalam tubuh profesi BK sendiri; bagaimana mungkin guru-guru BK di sekolah memiliki kapabilitas-kreatif untuk mengelola dan menggagas strategi aksi terhadap eskalasi problem pelajar dan remaja yang sedemikian njlimet dan memformat gerakan-gerakan pelayanan BK yang lebih partisipatoris, sementara mereka sudah sedemikian jauh terseret ke dalam gejala birokratisasi yang justru menumpulkan visi dan elan-vital diri sebagai  seorang profesional. Stagnasi BK di sekolah pada akhirnya berimplikasi pada belum maksimalnya upaya-upaya pendidikan psikologis (psychological education) terhadap siswa-siswi sekolah yang masih berstatus sebagai remaja. 
Berbagai problem dan kendala dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut berawal dari pemahaman paradigmatik yang setengah-setengah tentang falsafah individu, kerangka konseptual pendidikan serta hubungannya dengan bimbingan dan konseling. Keadaan serba setengah tersebut seperti tampak premis-premis berikut :
1. Anak/siswa masih dipandang ibarat “botol kosong” yang harus dijejali dengan berliter-liter materi, nasihat, dan petuah, dan minim keteladanan dari orang dewasa. Filosofi botol kosong telah melahirkan pendekatan pendidikan dan bimbingan yang berorientasi menggurui, menginstruksi, mengomando. Walaupun pendulum wacana dalam falsafah pendidikan telah jauh meninggalkan naturalisme, agnostisisme, psikoanalisis, dan behaviorisme yang mendominasi hampir seluruh bidang kehidupan sepanjang abad yang lalu, toh apa yang terjadi di sekolah sekarang ini belum beranjak sama sekali. 
2. Tujuan pendidikan dan bimbingan tidak dipahami secara holistik. Pendidikan seringkali direduksi sebatas pada pencapaian tujuan ekonomik, yakni mempersiapkan generasi muda untuk mencapai jenjang karir, kemapanan secara ekonomi, dan kemampuan berkompetisi ketat di kancah pergaulan global. Sementara, pendidikan holistik mengasumsikan bahwa tujuan dan proses pendidikan harus memiliki basis yang kuat dari segi filosofis, sosio-antropologis, bermuatan kultural, dan menyentuh sampai ke relung kejiwaan (psikologis).
3. Pada tataran kelembagaan, budaya sekolah dan etos kerja keras belum menjadi ruh utama yang menggerakkan elemen organisasi dan interaksi sejawat dalam unit-unit pendidikan. Lembaga sekolah tidak ditopang oleh kepemimpinan yang transformatif dan berwatak entrepreneur; lebih banyak dikendalikan oleh asas saling menguntungkan, nepotisme, dan koncoisme.  Kolaborasi sejawat, suasana peng-imbas-an pengalaman dan pengetahuan hanya pepesan kosong belaka.  
4. Pendidikan dan bimbingan yang tercerabut dari akar kesetaraan  dan keadilan (equality and equity) telah memunculkan fenomena diskriminasi pembiayaan, diskriminasi sarana dan prasarana, ketidakadilan perlakuan antar si pintar dan si bodoh, kesenjangan antara si kaya dan si miskin.   

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
2. Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat interpretasi mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pemilihan, rencana, atau penyesuaian yang ia butuhkan.
3. Bimbingan dan konseling sebagai sistem merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah yang didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sistem bimbingan dan konseling merupakan sub sistem pendidikan, yang saling berhubungan dan bekerja sama pula untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.
4. Implikasi bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran adalah hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk rnembantu agar mereka berhasil dalam belajar.
5. Fenomena bimbingan dan konseling pada proses pembelajaran saat ini…


0 Response to "Bimbingan Konseling Sebagai Sistem"