Teori Perkembangan Intelektual Dan Sosial
Peserta Didik Kaitannya Dengan Pembelajaran IPA
Untuk Siswa SMP/ MTs
Daftar Isi
Halaman Judul...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Intelektual dan Sosial Peserta Didik................................... 3
B. Penerapan Teori Perkambangan Intelektual dan Sosial dalam IPA...................... 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam proses pendidikan dan pengembangan anak, banyak aspek yang harus dibangun atau dikembangkan antara lain aspek fisik, biologis, intelektual, sosial, mental, dan juga moral. Semua aspek tersebut harus bersamaan dikembangkan secara berimbang, karena keseluruhan aspek tersebut sangat berpengaruh dalam proses kehidupan manusia dalam lingkungan masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan formal, pada umumnya hanya bertanggung jawab terhadap pengembangan aspek intelektual, tanpa memberikan porsi pendidikan yang cukup dalam pengembangan aspek lain yang juga sangat vital. Lembaga pendidikan formal bertanggumg jawab pada aspek intelektual sedangkan aspek lain, misalnya aspek moral, sosial, mental, dan biologis diberikan sejalan dengan pengembangan aspek intelektual. Akibatnya terjadi ketimpangan antara aspek-aspek tersebut yang seharusnya dapat saling mendukung. Pesererta didik mendapatkan ilmu pengetahuan yang memadai dari pendidikan formal, sedangkan pengembangan aspek lain yang di rasa sebagai tanggung jawab orang tua, juga di abaikan oleh orang tua. Lembaga pendidikan formal juga bertanggung jawab terhadap pengembangan aspek lainnya, sehingga porsi dalam pengembangan aspek sosial, mental, moral, biologis dan lain-lain, harus diutamakan. Terutama pada aspek sosial, yang mana dalam pada anak-anak usia sekolah dasar, khususnya SMP, terjadi kelabilan emosional. Dan juga pada usia ini anak biasanya mudah untuk bergaul dan menerima orang lain sebagai kawan. Sehingga anak rawan terpengaruh oleh hal-hal yang kurang baik. Karena pada usia ini juga anak lebih suka berbagi apapun dengan teman mereka dan sulit berbagi dengan orang tua. Sehingga bagi anak usia SMP khususnya, dalam pendidikan formal juga harus diperhatikan perkembangan intelektual dan sosial peserta didik. Jika dalam pengembangan intelektual yang diasah adalah kemampuan otak, maka dalam pengembangan sosial yang perlu di asah adalah kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah pengertian teori perkembangan intelektual dan sosial peserta didik?
2) Bagaimana penerapan teori perkembangan intelektual dan sosial dalam pembelajaran IPA?
C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui teori perkembangan intelektual dan sosial peserta didik.
2) Untuk mengetahui penerapan perkembangan intelektual dan sosial dalam pembelajaran IPA
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Kemampuan dan proses belajar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan, baik personal, sosial, emosional, dan lebih lebih kognitif. Menurut teori perkembangan intelektual manusia berkembang tingkat pemikirannya menjadi lebih kompleks.
Sepanjang hidup, siswa mendapatkan pengalaman. Pengalaman ini diasimilasi ke dalam pola perilaku. Namun demikian, pola yang ada tak memadai menjelaskan pengalaman baru. Karena itu, pola pikir baru dikembangkan dengan mengakomodasi pengalaman baru. Proses ini disebut asimilasi, yang menunjuk pada pemaduan pengalaman baru, dan akomodasi yang menujuk pada perubahan struktur intelektual (schema) agar cocok dengan pengalaman baru yang terjadi. Kemampuan intelektual anak tumbuh melalui perkembangan pola pikir yang lebih kompleks untuk mengasimilasi lingkungan dengan akomodasi sebagai mekanisme utamanya.
A. Teori perkembangan intelektual dan sosial peserta didik
Terdapat beberapa teori perkembangan intelektual peserta didik antara lain:
1. Menurut Jean Piaget
Perkembangan intelektual berlangsung dalam 4 tahap:
Umur (tahun) | Fase Perkembangan | Perubahan Perilaku |
0,0 – 2,0 | Tahap sensori motor | Kemampuan berfikir peserta didik baru melalui gerakan atau perbuatan. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh atau memegang. Mereka belum mengerti motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis. Pengajaran dilakukan dengan gambar dan juga sesuatu yang bergerak. |
2,0 – 7,0 | Tahap Pra Operasional | Kemampuan skema kognitif terbatas. Suka meniru perilaku orang lain. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan kaimat pendek secar efektif. |
7,0 – 11,0 | Teori Operasional Konkret | Peserta didik mulai memahami aspek-aspk kumulatif materi. Sudah mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa konkret. |
11,0 – 14,0 | Tahap Operasional Formal | Memiliki kemampuan mengkoordinasi dua ragam kemampuan kognitif. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. |
Berdasarkan teori perkembangan dari Jean Piaget dapat diketahui 3 dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual.
1. Bahwa perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan irutan yang sama
2. Bahwa tahap-tahap perkembangan didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual.
3. Bahwa gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi dengan keseimbangan, proses pengembngan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman dan sruktur kognitif yang timbul.
Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan kita. Istilah yang digunakan untuk menggambarkan dinamika perkembangan kognitif adalah:
1. Skema, menunjukkan struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi tertentu di lingkungan.
2. Adaptasi, proses menyesuaikan pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu. Anak-anak menyesuaikan diri dengan cara asimilasi dan akomodasi.
3. Asimilasi, memperoleh informasi baru dan memasukkannya ke dalam skema sekarang dalam respon terhadap stimulus lingkungan yang baru.
4. Akomodasi, meliputi penyesuaian pada informasi baru dengan menciptakan skema yang bar ketika skema lama tidak berhasil. Anak-anak melihat mungkin melihat anjing untuk pertama kalinya (asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapa anjing man untuk dipelihara dan anjing lainnya tidak (akomodasi).
5. Equilibrium, kompensasi untuk gangguan eksternal. Perkembangan intelektual menjadi kemajuan yang terus-menerus yang bergerak dari satu ketidakseimbangan struktural ke keseimbangan struktur yang baru yang lebih tinggi.
Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Usia | Tahap | Perilaku |
Lahir – 18 bln | Sensorimotor | - Belajar melalui perasaan - Belajar melalui refleks - Memanipulasi bahan |
18 bln-6 th | Praoperasional | - Ide berdasarkan perepsinya - Hanya dapat memfokuskan pada satu variabel pada satu waktu - Menyamaratakan berdasarkan pengalaman terbatas |
6th-12th | Operasional konkret | - Ide berdasarkan pemikiran - Membatasi pemikiran pada benda-benda dan kejadian akrab |
12th atau lebih | Operasional formal | - Berpikir secara konseptual - Berpikir secara hipotesis |
Secara umum, ahli teori kognitif telah memberikan sumbangan nyata dengan memfokuskan perhatian pada proses mental dan perannya dalam mengarahkan perilaku. Piaget menekankan pentingnya pendidik dalam memperhatikan tahapan perkembangan kognitif setiap individu, sehingga metode pendekatan pembelajaran dapat diberikan dengan tepat. Proses asimilasi, akomodasi, serta adaptasi individu terhadap informasi yang masuk merupakan proses yang harus dipahami bahwa seringkali bersifat sangat individual.
Salah satu contoh penerapan teori perkembangan intelektual adalah model klinik. Tujuan model ini adalah: (1) mengembangkan prosedur cair terstruktur yang memungkinkan anak bergerak secara spontan searah penalarannya sekaligus menghasilkan informasi definitif tingkat penalaran, (2) pengujian klinik bersifat eksperimental karena pelakunya menetapkan sendiri masalah, membuat hipotesis, meangadaptasi lingkungan, dan akhirnya mengontrol setiap hipotesis dengan mengujinya terhadap reaksi-reaksi yang dia rangsang dalam percakapan.
Dengan tahap-tahap model klinik sebagai berikut :
1. Menetapkan masalah
2. Membuat hipotesis
3. Mengadaptasi lingkungan
4. Menguji hipotesis terhadap reaksi-reaksi yang terjadi.
Teori Perkembangan Sosial peserta didik
Menurut Erik Erikson
Umur (tahun) | Fase Perkembangan | Perubahan Perilaku |
0,0 – 1,0 | Trust vs Mistrust | Tahap pertama adalah tahap pengembangan diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan. |
2,0 – 3,0 | Autonomy vs shame | Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa nakalnya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemmpuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya, misal orang tua dan guru. |
4,0 – 5,0 | Inisiative vs Guilt | Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus dicipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karenaumumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminny. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayang pada ayah. |
6,0 – 11,0 | Industry vs Inferiority | Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. |
12,0 – 18/20 | Ego-identity vs Role on fusion | Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. |
18/19 – 30 | Intimacy vs Isolation | Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya. |
31 - 60 | Generativity vs Stagnation | Thap ini ditandai dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa. |
60 ke atas | Ego Integrity vs Putus asa | Masa ini mulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya. |
B. Penerapan teori perkembangan intelektual dan sosial dalam pembelajaran IPA
Masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia. Masa remaja mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya, yang meliputi masa remaja sebagai periode penting , masa remaja sebagai periode peralian, masa remaja sebagai periode perubahan, masa remaja sebagai masa mencari identitas, usia bermasalah, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan / kesulitan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, dan masa remaja sebagai ambang dewasa.
Tugas perkembangan yang harus dilakukan pada masa remaja terdiri dari mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, memperolah perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Dilihat dari perkembangan fisik dan psikoseksual, masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan perkembangan fisik pada akhir masa remaja menunjukkan terbentuknya remaja laki-laki sebagai bentuk khas laki-laki dan remaja perempuan menjadi bentuk khas perempuan yang berimplikasi pada perkembangan psikososial mereka yang ditandai dengan kedekatan remaja pada teman sebayanya dari pada orang tua atau keluarga.
Dilihat dari perkembanga kognisi menurut teori perkembangan kognisi darri Piaget, remaja termasuk dalam tahapan operasional formal yang memiliki ciri-ciri telah dimilikinya kemampuan intropeksi, berpikir logis, berpikir berdasarkan hipotesis, menggunakan simbol-simbol, berpikir yang fleksibel berdasarkan kepentingn. Sehingga atas dasar tahap perkembangan tersebut maka ciri berfikir remaja adalah idealisme, cenderung pada lingkungan sosialnya, egosentris hipocrsty, dan kesadaran diri akan konformis.
Pada masa remaja terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai dan topan, masa yang menggambarkan keadaan emosi, tidak stabil, dan meledak-ledak.
Dilihat dari perkembangan sosial, usia remaja, termasuk pada tahap kelima dari Teori Psikososial dari Erikson yaitu pencarian identitas versus kebingungan identitas. Dimana pada masa itu remaja dihadapkan pada pencarian pengetahuan tentang dirinya, apa dan dimana serta bagimana tentang dirinya.
Perkembangan fisik yang sangat cepat pada masa remaja dapat berakibat tidak dapat menyesuaikan diri secara baik, sehingga sering menimbulkan bahaya-bahaya yang muncul pada masa remaja yaitu, bahaya-bahaya fisik yang meliputi kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik, kecanggungan, dan kekakuan, serta bahaya psikologis yaitu bersekitar kegagalan menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa remaja yang penting.
Untuk sisiwa usia SMP menurut teori intelektual dalam usia ini siswa berada pada fase tahap operasional formal. Pada fase ini siswa mempunyai kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak sehingga ia mampu memecahkan masalah dengan anggapan yang relevan dengan ligkungan serta mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak. Oleh karena itu model pembelajaran IPA yang diterapkan yakni :
1. Guru menyampaikan fenomena alam
2. Guru menyuruh sisiwa membuat hipotesis mengenai fenomena itu
3. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah teteapi masih dalam tahap mendasar, sesuai dengan kemampuan siswa.
Menurut toeri perkembangan sosial, siswa usia SMP berada pada fase perkembangan Ego-identity vs role on fusion. Pada fase ini siswa berada pada tahapan mencari identitas dirinya, mulai ingi tampil memegang peran-peran sosial di masyarakaat tapi belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran-peran yang berbeda.
Sehingga penerapan teori perkembangan sosial ini guru sebaiknya dapat menjadi tauladan bagi siswanya. Disaat siswa mencari identitas dirinya, ia dapat meniru sosok gurunya. Selain itu secara sosial mereka belum bisa menempatkan atau menerapkan ilmu yang didapat secara tepat sesuai kadar dan peranannya. Jadi, guru perlu menjelaskan ilmu / materi bukan hanya sekedar teorinya tetapi juga harus menyangkut pengaplikasian ilmu yang tepat, khususnya dalam hal IPA.
Misalnya guru menjelaskan materi tentang reproduksi tidak sekedar materi, tetapi juga diungkap maslah dampak / kerugian saat hamil diluar nikah / penyakit yang rawan di derita pelaku seks bebas. Sehingga sikap ingin tahu siswa SMP dapat dibatasi dengan penjelasan yang lebih lanjut tersebut dan berusaha mencegah perilaku itu. Disamping itu guru juga bisa memberikan tugas mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan sehingga siswa bisa mengenal orang-orang disekitarnya dan bisa menempatkan dirinya di masyarakat dengan baik. Selain itu siswa SMP juga perlu dibimbing mengenai peranan sosial dilingkungan contohnya, para siswa harus bisa menjaga dirinya dalam pergaulan jangan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, mengembangkan potensi lingkungan misalnya dengan tugas melihat potensi yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Teori perkembangan intelektual dan sosial peserta didik.
a. Teori perkembangan intelektual peserta didik
Menurut Jean Piaget perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
b. Teori perkembangan sosial peserta didik
Erik Erikson mengembangkan teori Freud yang lebih menekankan pada dorongan seksual menjadi teori yang lebih menekankan aspek-aspek perkembangan sosial, dan ia juga membagi menjadi tahap-tahap.
Selain itu Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi pada lingkungan kita.
2. Penerapan teori perkembangan intelektual dan sosial dalam pembelajaran IPA :
a. Guru menyampaikan fenomena alam
b. Guru menyuruh sisiwa membuat hipotesis mengenai fenomena itu
c. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah teteapi masih dalam tahap mendasar, sesuai dengan kemampuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Siswoyo, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.
Izzaty, Rita, Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
0 Response to "Teori Perkembangan Intelektual Dan Sosial Peserta Didik Kaitannya Dengan Pembelajaran IPA Untuk Siswa SMP/ MTs"
Post a Comment